Selama ini, kata "terbuka" dan "Microsoft" seakan berseberangan. Keduanya diasosiasikan sebagai dua pihak yang berada di kutub berbeda. Padahal, tidak sepenuhnya begitu.
"Microsoft sebenarnya terbuka, kok," ujar Irving Hutagalung (ISV Lead, Development & Platform Group, Microsoft Indonesia). Ia mencontohkan rilis 20 ribu baris kode Microsoft kepada pengembang kernel Linux, pertengahan tahun lalu. Tujuannya, program-program buatan mereka bisa lancar dioperasikan di sistem operasi open source tersebut.
Perusahaan milik biliuner Bill Gates ini pun telah menjalin kerja sama dengan komunitas PHP, Zen, Novell, Apache, dan Eclipse. Seluruhnya merupakan pegiat open source. Bahkan, kata Irving, sebetulnya keterbukaan Microsoft sudah bisa dilihat sejak dulu. "Buktinya, OpenOffice dan aplikasi berbasis Java tidak bermasalah saat dipakai di Windows, kan? Keduanya berbasis sumber terbuka, lho," tuturnya.
Keterbukaan bagi Microsoft punya makna interoperabilitas. Setiap produk mereka harus dapat dijalankan berdampingan dengan teknologi non-Microsoft. Ini selaras dengan pasal ke-4 dalam "Interoperability Principles" milik Microsoft, yaitu Open Engagement. Hal tersebut yang ingin dikampanyekan kepada publik lewat diskusi media terbatas, beberapa waktu lalu. Bertempat di kantor Microsoft Indonesia, hadir pula beberapa pengembang dan perwakilan bisnis TI lokal.
"Solusi interoperabilitas Microsoft memang cocok bagi bisnis," ucap Irving. Solusi yang dimaksud salah satunya berbentuk Windows Azure. Ini merupakan perwujudan Platform-as-a-Service (PaaS) menyambut era komputasi awan. Azure terdapat pada remote data center (untuk kawasan Asia Tenggara, lokasinya di Singapura). Semua aplikasi yang dibutuhkan perusahaan diinstalasi di sana dan dijamin kompatibel. Dengan kemampuan Hyper-V, Azure juga mampu menjalankan virtualisasi. Tidak hanya server Windows, server Linux pun bisa dipasang.
Langkah Microsoft menuju interoperabilitas di Indonesia telah tercium cukup lama. Mereka pernah berbicara dalam diskusi dan sharing bersama Ditjen Aplikasi Telematika (Aptel) Kemkominfo, Agustus 2008. Sementara itu, Februari tahun lalu, mereka mendirikan Microsoft Open Source Interoperability Laboratory (OSIL) pertama di tanah air. Laboratorium ini terletak di Universitas Indonesia sebagai hasil pengembangan dari Microsoft Innovation Center (MIC).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar