Jakarta- Hampir 4 bulan setelah diluncurkan, penjualan smartphone Nexus One kurang menggembirakan. Google hanya menjual 135 ribu di 74 hari pertama, jauh dari 1 juta iPhone dan 1,05 juta Droid pada jangka waktu yang sama. Nexus One sebenarnya memberikan pengalaman penjualan langsung bagi Google, serta hubungan dengan konsumen. Tapi bersaing dengan produsen lain adalah hal terakhir yang harus diatasi Google.
Pada awalnya, strategi Google untuk menawarkan ponsel hanya melalui situs web, tanpa menggunakan cara tradisional (penjualan di toko) tampak begitu inovatif dan cerdas. Lagipula, kebanyakan konsumen membeli produk elektronik secara online, termasuk komputer, perangkat penyimpanan, pemutar media digital, bahkan televisi.
Namun ketika berhubungan dengan ponsel, para calon pengguna ingin menyentuh dan memainkan produk tersebut. Tidak hanya itu, mereka ingin layanan toko untuk mendukung perangkat mereka.
“Pada dasarnya, pendapat Google bahwa penjualan ponsel akan meningkat seperti produk elektronik lain secara online tanpa subsidi operator, sejauh ini terbukti salah atau terlalu dini,” ujar Charles Golvin, analis dari Forrester Research.
Tidak hanya itu, toko online Google tampaknya memiliki masalah. Nexus One telah dipenuhi keluhan konsumen, termasuk konektivitas 3G, biaya terminasi dini yang tinggi dan rendahnya dukungan pada konsumen dari Google.
Beberapa minggu setelah peluncuran perangkat ini, Google akhirnya mengumumkan nomor telepon pendukung. Hingga saat ini, konsumen yang bermasalah hanya dapat mengirimkan email pada Google dan harus menunggu berjam-jam untuk mendapatkan tanggapan.
Sementara menyangkut pemasaraan, Google tidak memanfaatkan demam “Googlephone” pertama. Perusahaan tidak pernah mencoba fokus pada kampanye pemasaran hingga mampu mengesankan pada calon konsumen potensial di mana Nexus One sebenarnya layak untuk dipertimbangkan.
Hasilnya, hanya sedikit pelanggan yang memiliki kesempatan untuk mengetahui mengapa ponsel ini menjadi begitu spesial.
Di dunia konsumen elektronik, Google adalah prajurit baru dan perusahaan itu harus mampu berjuang keras untuk mendapatkan tempat. Oleh karena Google harus membangun hubungan retail seperti dilakukan perusahaan lain yaitu RIM dan Motorola beberapa tahun lalu.
Sementara Apple memiliki toko retail milik mereka sendiri di mana pelanggan bisa mencoba iPhone atau Droid milik Motorola yang dapat dibeli di Best Buy. Jika berbicara soal penjualan perangkat mobile, Google harus menemukan tempat terbaik bagi perangkatnya.
Google juga harus mengembangkan hubungan dengan operator. Di dunia mobile, operator sangat kuat. Tanpa jaringan data seluler yang baik, maka penggunaan ponsel dengan teknologi tinggi seperti apapun, akan menjadi pengalaman yang menjemukan.
Pilihan konsumen yang segmentif seperti Nexus One dan Droid juga dapat dilakukan melalui penawaran operator. Sementara Google harus menyusun strategi retail ini dalam rencana mereka.
Dengan Android, Google mencoba unutk memberlakukan ponsel seperti apa yang dilakukan Microsoft pada Windows di PC. Tapi alih-alih ingin menempat sistem operasi yang terikat dengan produksi hardware di perusahaan yang sama, Goolge malah memisahkan keduanya.
Sementara Google baru belajar bagaimana mendesain, mengembangkan, menetapkan harga dan melakukan penjualan ponsel. “Dengan Nexus One, Google tidak hanya harus menyempurnakan OS perangkat ini, tetapi juga operasi dan persyaratan penggunaan,” ujar analis telekomunikasi Jack Gold
Kepemilikan perangkat Android sendiri telah membantu Google mengambil kendali tanpa harus bergantung pada HTC dan Motorola. Bagi Google, Nexus One belum berakhir.
Andy Rubin, yang memimpin proyek Android Google, mengatakan bahwa perusahaan berencana untuk mengeluarkan seri lain ponsel Google. Namun bukan berarti Google mengulang kesalahan dari Nexus One, dan ponsel Google masa depan diharapkan jauh lebih baik. [ito/mdr]
INILAH.COM
Tidak ada komentar:
Posting Komentar