Rabu, 26 Mei 2010

BI: Uang Cetakan Australia Mudah Dipalsukan

Jakarta - Bank Indonesia (BI) memesan uang pecahan Rp 100.000 berjumlah 500 juta lembar (bilyet) ke Australia pada tahun 1999. Proses tender tersebut memakan biaya hingga US$ 50 juta. Namun ternyata uang cetakan Australia mudah dipalsukan.

Demikian disampaikan oleh Deputi Gubernur BI, S. Budi Rochadi dalam jumpa pers di Gedung Bank Indonesia, Jalan Budi Kemulyaan, Jakarta, Selasa (25/05/2010).

"Kita memutuskan untuk memesan uang pecahan Rp 100.000 baru di Australia berbahan polimer sejumlah 500 juta lembar (bilyet)," katanya.

"Nilai tendernya waktu itu sekitar US$ 50 juta," imbuh Budi.

Ia menjelaskan, uang berbahan polimer saat itu memang dipakai juga oleh beberapa negara. "Jadi banyak juga negara yang memesan ke Australia seperti Malaysia, Thailand, dan Vietnam," katanya.

Namun, lanjut Budi setelah dicoba dan dilakukan beberapa riset uang berbahan polimer ternyata mempunyai kelemahan. "Yakni gampang sekali dipalsukan. Bahan yang hampir mirip plastik ini jika di-scan saja dan dicetak di atas plastik sudah bisa dipalsukan. Istilahnya pengamanannya minimlah," tutur Budi.

Walaupun memang menurut Budi uang dengan bahan polimer ini awet namun ternyata juga mudah rusak di iklim tropis yang berhawa panas.

Maka dari itu, Budi mengatakan bank sentral akhirnya menarik uang pecahan Rp 100.000 berbahan polimer dengan menggantinya menggunakan bahan kertas buatan Peruri. "Ditarik sekitar tahun 2007-2008," katanya.

Thailand juga melakukan hal demikian, Budi mengatakan negara tersebut akhirnya juga mengganti dengan uang kertas pada umumnya.
(dru/dnl)

detik finance 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar