Jakarta - Krisis utang Yunani telah membuat ekspor batubara PT Adaro Energy Tbk ke Spanyol turun sekitar 25-30 persen. Padahal, Spanyol merupakan salah satu pelanggan terbesar Adaro.
"Penjualan kami ke sana turun sekitar 25-30 persen karena krisis Yunani telah merembet ke Spanyol," ujar Direktur Utama PT Adaro Energy Tbk, Boy Garibaldi Thohir di sela acara penutupan acara Indonesia Mining Updates 2010 di hotel Ritz Carlton, Pasific Place, Jakarta, Selasa malam (26/5/2010).
Namun, ia tetap bersyukur karena penurunan penjualan tersebut bisa ditutupi oleh peningkatan permintaan dari wilayah Asia seperti China, India, Malaysia dan Taiwan yang mencapai 25-30 persen. Apalagi dari sisi penjualan batubara di pasar domestik juga cukup kuat.
"Kalau dibilang sedang bulish itu memang benar. Tapi karena pasarnya sedang bagus maka banyak kompetitor yang muncul dari Afrika Selatan, Australia dan Colombia. Jadi ada keseimbangan," paparnya.
Namun di tengah kerasnya persaingan tersebut, Boy yakin batubara yang diproduksi perseroan akan tetap mampu bersaing di pasar. "Kita bisa bersaing karena kelebihan produk batubara kita bersulfur rendah maka batubara yang diproduksi Adaro dibutuhkan sebagai bahan pencampur dari produk batubara lain," ungkapnya.
Saat ini, Adaro sendiri sudah menjual hasil tambangnya ke 19 negara dengan 41 pelanggan yang tersebar di seluruh dunia. Dimana untuk masing-masing negara, Adaro menyuplai sekitar 2-2,5 juta ton per tahun.
Sementara khusus di dalam negeri, Adaro menyuplai 11 juta ton atau sekitar 26% dari total produksi Adaro. Dimana sebesar 70-80% dipasok ke pembangkit-pembangkit milik PLN.
"Selain PLN, Adaro juga pasok ke produsen listrik swasta (Independent Power Producer/IPP) dan Industri," kata dia.
Pada tahun 2010, perusahaan batubara terbesar kedua di Indonesia ini, menargetkan produksi akan meningkat dari 40,3 juta ton pada tahun 2009 menjadi 45 juta ton.
Sementara dari sisi penjualan, ia memproyeksikan akan sedikit lebih tinggi dari produksi yaitu sebesar 45,5 juta ton.
"Mungkin 45,5 juta ton karena ada anak usaha kami yaitu Coal Trade Internasional yang akan beli ke pasar," ungkapnya
Setelah mengakuisisi 25 persen saham BHP Biliton di Meruwai, Boy mengaku hingga saat ini masih belum berencana untuk mengakuisisi tambang lainnya. Namun kemungkinan untuk mengakuisisi tambang pada tahun ini tetap terbuka.
"Tentunya sebagai perusahaan tambang nasional yang ingin maju kalau ada peluang kita terbuka. Kita lihatnya dari asetnya, itu harus world class. Ukurannya juga harus besar, tidak yang kecil-kecil karena untuk Adaro kalau kecil-kecil itu tidak kompetitif untuk dikerjakan," paparnya.
(epi/qom)detik finance
Tidak ada komentar:
Posting Komentar