Pada kuartal pertama 2010 ini saja, produksi nikel perseroan sudah mencapai 17 ribu metrik ton (MT), atau naik 2-3% dari periode yang sama 2008. Bila perseroan dapat mempertahankan produksi ini hingga akhir tahun, maka target perseroan sebesar 68 ribu MT bisa tercapai.
Sementara pada akhir 2009, produksi nikel INCO mencapai 67 ribu MT. "Kalau kuartal I ini kita sudah cetak 17.000 MT, kalau bisa terus seperti ini di 2010 harapan kita tinggal dikali empat saja," ujar Direktur Utama INCO Tony Wenas akhir pekan lalu.
Ekspektasi positif juga berasal dari harga nikel yang lebih baik dari harga bulan sebelumnya. Harga nikel per 15 April 2010 mencapai US$ 25.800 per MT, sedangkan pada Maret lalu sekitar US$ 18.000-19.000 per MT. Bahkan JP Morgan mempredsikan, pada kuartal dua mendatang, harga nikel akan mencapai US$30 ribu per ton.
Adapun proyek pembangunan pembangkit listrik tenaga air (PLTA) di Karebe, Sulawesi senilai US$410 juta, diharapkan bisa memenuhi target efisiensi perseroan karena akan dipakai menjadi pengganti bahan bakar minyak (BBM).
PLTA yang akan beroperasi pada semester II 2010 ini, juga diperkirakan dapat memangkas 50% total biaya operasi perseroan. "Kalau ini rampung, cost kita akan berkurang banyak. Beban produksi perseroan dari BBM akan berkurang," katanya
Di sisi lain, INCO kini juga sedang membuka opsi menjalin kerja sama kembali dengan PT Aneka Tambang (ANTM) dalam menyediakan bijih nikel, saproli. Kerjasama pasokan nikel yang sempat terhenti sejak 18 Juli 2008, diharapkan dapat terealisasi tahun ini.
Berdasarkan UU Minerba, kontrak karya atas suatu perusahaan harus disesuaikan segera. INCO pun telah melakukan perubahan tersebut seperti wilayah pengaturan kontrak, pajak, perpanjangan kontrak, hingga penyelesaian arbitrase.
INCO adalah salah satu produsen utama nikel di dunia. Selama lebih dari tiga dekade sejak kontrak karya ditandatangani dengan Pemerintah RI pada 1968, perseroan telah menghasilkan nikel dalam matte, yaitu produk setengah jadi yang diolah dari bijih laterit di fasilitas pertambangan dan pengolahan terpadu dekat Sorowako, Sulawesi.
Seluruh produksi INCO dijual dalam dolar AS, berdasarkan kontrak-kontrak jangka panjang untuk dimurnikan di Jepang. Kelebihan daya saing Inco terletak pada cadangan bijih besi berlimpah, tenaga kerja terampil dan terlatih, pembangkit listrik tenaga air berbiaya rendah, fasilitas produksi modern dan pasar terjamin untuk produknya.
Nikel merupakan logam serba guna yang penting untuk meningkatkan taraf hidup dan mendorong pertumbuhan ekonomi. Sebanyak 60,8% saham perseroan dimiliki Vale Inco dari Kanada, satu produsen nikel terkemuka di dunia dan 20,1% oleh Sumitomo Metal Mining Co.,Ltd., Jepang, sebuah perusahaan tambang dan peleburan penting. Selain itu, 20% saham PT Inco dimiliki publik dan selebihnya oleh empat perusahaan Jepang lain. [mdr]
INILAH.COM
Tidak ada komentar:
Posting Komentar